Wonderful Family : Merajut Keindahan Keluarga
Judul : Wonderful Family
Penulis : Cahyadi Takariawan
Penerbit : PT. Era Adicitra Intermedia
Halaman : xxii + 250 halaman
~Menikah itu mudah, mempertahankan pernikahan itu yang susah~
Sebagai pasutri yang usia pernikahannya masih seumur jagung, yang sedang memasuki momen adaptasi dan transisi dari lajang menjadi berkeluarga. Tentu momen yang dijalani tak melulu seperti difilm-film romansa, yang senantiasa bahagia tiada hentinya. Kita dihadapi dengan realita bahwa 5 tahun awal pernikahan adalah masa-masa dimana pasutri baru sedang mendapatkan banyak tantangan kehidupan. Yang katanya jika berhasil melewatinya, maka akan memudahkan pasutri tersebut untuk melewati badai lanjutan pada tahun berikutnya.
Kita tidak punya pilihan lain dalam menghadapi tantangan pernikahan tersebut selain Belajar dan Berbenah. Belajar untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan dan menyelesaikannya. Berbenah untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi, karena ada hal yang kita perjuangkan dan pertahankan.
Membaca buku Pak Cah jadi salah satu ikhtiar untuk belajar dan berbenah kembali. Setelah sebelumnya selesai membaca buku wonderful love, kali ini mencoba menyelesaikan buku wonderful family. Buku yang didapat sebagai hadiah pernikahan dari orangtua ideologis❤️. Barakallahu fikum.
Dalam buku ini terdapat 10 catatan dalam membangun Wonderful Family. Namun, sebenarnya apa sih yang dimaksud wonderful Family tersebut?. Wonderful Family adalah keluarga yang dipenuhi keindahan, kebahagiaan, keharmonisan, sera kemuliaan. Keluarga yang terjauhkan dari penyimpangan, kekerasan, kesewenangan, dan kehancuran. Sebuah keluarga yang berdiri di atas nilai-nilai kebikan dan dipenuhi dengan keberkahan. Keluargang memberikan kontribusi kebaikan bagi masyarakat, bangsa san negara. Atau secara singkat adalah keluarga Sakinnah Mawaddah warahmah yang produktif dan berdamapak untuk sekitar.
Apa saja 10 catatan tersebut
- Catatan Pertama : Menikah itu bukan seperti memakai sepatu
- Catatan Kedua : Visi sebuah tempat bernama surga
- Catatan Ketiga : Mengenali Jalan Menuju Hati Pasangan
- Catatan Keempat : Betapa Banyak kebaikan pasangan anda
- Catatan Kelima : Kesepakatan
- Catatan Keenam : Perbedaan
- Catatan Ketujuh : Ngomong (Apa sulitnya ngomong)
- Catatan Kedelapan : Menyongsong Badai
- Catatan Kesembilan : Redakan Ketegangan, Hadirkan Ketenangan (Suasana)
- Catatan Kesepuluh : Generasi (Menyelamatkan Generasi)
Bagian Yang Menarik
Menghitung kebaikan pasangan
Pasangan kita bukanlah makhluk yang sempurna, bukan pula makhluk yang seutuhnya kurang. Akan selalu ada kebaikan-kebaikan dalam dirinya. Pada catatan keempat ini seakan diingatkan kembali, untuk senantiasa mengingat-ingat kebaikan pasangan dibanding kekurangannya. Bahkan hal-hal yang kita anggap sebagai kewajiban dari pasangan, harusnya hal tersebut menjadi bagian dari kebaikan yang ia lakukan. Dan selanjutnya bukan hanya sekedar mengingat kebaikannya tetapi menghadiakannya dengan apresiasi tulus. Ada kalimat yang indah yang disampaikan dalam buku ini.
Tulislah kekurangan pasangan di atas pasir pantai agar mudah terhapus dengan ombak.
Dan pahatlah kebaikan pasangan di atas batu karena akan abadi.
Fokus pada sisi kebaikan yang ada pada pasangan. Latihanlah menulis kebaikan-kebaikan pasangan. Bukan hanya satu atau lima, tapi sebanyak-banyaknya. Ketika hal ini dilakukan, maka akan sangat berdampak sekali dengan baiknya hubungan pasangan suami istri.
Apa sulitnya ngomong
Sebagai seseorang yang lebih suka komunikasi tidak langsung (lewat media), ngomong secara langsung adalah tantangan sendiri. Tapi menyadari bahwa komunikasi secara langsung itu penting bagi pasangan suami istri, maka belajar bicara jadi salah satu PR pribadi.
John M. Gottman dan Nan Silver dalam buku tersebut mengungkapkan ada 4 gejala saling menjauh antara suami dan istri yaitu : Mengkritik, mencela, membangun benteng, menyalahkan pasangan. Yang menjadi poin adalah, bagaimana membangun komunikasi yang efektif dan baik antar pasangan. Bukan hanya sekedar ngomong, apalagi seadanya merespon. Komunikasi adalah hal penting dalam membangun dan menjaga hubungan dalam berkeluarga. Maka latihan menjadi pembicara yang baik tak kalah penting dengan latihan mendegar yang baik.
Tentang Kesepakatan
Dalam kultur Indonesia, pekerjaan domestik rumah tangga merupakan tanggung jawab istri. Namun pada zaman Rasululullah ternyata pekerjaan praktis kerumahtanggaan bukan hanya tanggung jawab sang istri melainkan tanggung jawab bersama antara suami dan istri.
Redakan Ketegangan Hadirkan Ketentraman
Majelis Keluarga adalah pertemuan yang sengaja direncanakan oleh kepala keluarga untuk membangun momen kedekatan antar anggoa keluarga. Majelis yang tetap menyampaikan hikmah dari suatu kisah sebagai pembuka, dilanjutkam dengan aktifitas mendengar kelu, kesah, serta harapan para anggota keluarga. Dan ditutup dengan meminta masukan baik kritik maupun saran untuk orangtua. Menarik bukan, jika majelis-majelis keluarga ini diadakan dalam setiap keluarga.
Membangun Generasi
Salah satu fungsi keluarga adalah memberikan pendidikan bagi anak. Agar menjadi manusia yang beriman dan bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara. Beban mengurus anak memang lebih banyak ditanggung oleh ibu, namun keberhasilan dalam pendidikan merupakan kerja kolektif antara ibu dan ayah. Sehingga butuh kerja sama yang baik antara ibu dan ayah.
Ada 8 aspek pendidikan integratif wonderful family yang dituliskan dalam catatan tersebut. Hal ini haruslah menjadi perhatian besar bagi para pasutri yang kelak akan dimanahkan menjadi orangtua. Apa saja 8 aspek tersebut. Yaitu pendidikan iman, moral, emosi, fisik, intelektual, sosial, seksual, dan politik.
Catatan kesepuluh menjadi penutup dalam buku wonderful family ini. Buku yang sangat layak dibaca bagi pasutri yang mengingkan keluarga yang wonderful dan berdampak bagi sekitar. Semoga Allah memampukan setiap dari kita untuk berikhtiar mencapainya.
Komentar
Posting Komentar